Dari Allah, melalui Jibril a.s, membisikkan sebuah ayat, yang dengannya terdapat teguran lembut untuk Rasulullah dan para pengikutnya. Berfirman IA,,,
“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (At Taubah : 82)
Coba kita lihat indahnya implementasi ayat ini...
Bagaimana khalifah Abu Bakar r.a. disetiap sholatnya, yang tangislah mejadi mutira di pipi tatkala pelita menyinari sholat malamnya.
Atau pemuda setegas khalifah Umat r.a., yang syaitan saja takut padanya, namun tatkala sholat beliau, yang kita temukan hanyalah tetesan air mata yang membasahi kedua pipinya besama jenggot dan sejadahnya.
Atau bahkan pada pemuda Mulia, penutup segala Nabi, pemberi kabar gembira, penebar kasih juga sayang untuk sahabat dan umatnya. RASULULLAH SAW. maka jangan tanyakan bagaimana Beliau tumbuh dengan tangis sebagai munajat pada TuhanNya. Hingga Lembah Badar menjadi saksi tangis Rasulullah, menjadi salah satu sebab kemenangan perang itu.
Lalu bagaiman dengan kita yang sekarang ini?? Sudahkan tangis kita menjadi champion terhadap tawa kita??? Atau bahkan sebaliknya...
Kebanyakan tertawa, beriring dengan kehidupan yang terlampau mewah. Akhirnya tangis kini bukan jadi sarana pendekatan diri pada sang Sang Ilahi, tawalah yang menjadi champion hingga dosa yang ada, seakan buat air mata mengering lalu kelopak ethan untuk berkedip...
0 komentar:
Posting Komentar